64th independence : Has Indonesia been really independent?

Saya membaca sebuah artikel di sebuah surat kabar terbitan ibukota. Tertulis di dalamnya bahwa kita harus menghormati tamu (terkait dengan ‘peristiwa’ datangnya Presiden US Barrack Obama ke Indonesia). No problem about this case. Tapi tertulis pula kalimat bahwa ‘Barrack Obama datang ke Indonesia untuk menjembatani negara-negara islam dengan negara-negara barat’. Keyakinan saya dengan pernyataan ini 50:50. Kenapa? Karena statement tersebut mengandung ‘harapan’ atau ‘permohonan’ yang semakin menunjukkan dependensi Indonesia kepada Amerika. Namun, bisa jadi memang itu menjadi salah satu tujuan Barrack Obama datang ke sini.


Pernah mendengar tentang frase ‘cinta bertepuk sebelah tangan’? Ini yang secara tidak sengaja direfleksikan oleh kalimat tersebut. Masih mengharap segala bantuan dari Amerika dalam segala hal. Memang hal ini mutlak diperlukan, hubungan bilateral atau multilateral. Tapi, bukankah sudah banyak ‘tembok-tembok’ yang secara terng-terangan dibangun oleh Amerika untuk membatasi hubungan kita dengan mereka?


Saya sedikit skeptis dengan orang yang begitu mengelu-elukan Sang Presiden negara adidaya tersebut karena pernah bersekolah di Indonesia, karena memang tidak ada fakta serta bukti yang kongkret tentang benefit yang kita dapat darinya. Hubungan antara Indonesia-Amerika harus terus terjalin, karena bisa menjadi gerbang bagi pemuda untuk masuk ke komunitas global melalui banyaknya lembaga-lembaga Amerika yang marak berdiri di Indonesia, khususnya Jakarta. Tapi dengan cara mengharap belas kasih Amerika untuk menolong Indonesia dalam beberapa hal, terlalu jauh saya kira. Wake up, hilangkan ketergantungan. Ini juga yang membuat budaya ‘mengemis kepada kenalan untuk menjadi PNS’ (No offense)


Saya harap tidak ada yang menganggap tulisan ini sebagai salah satu bentuk provokasi atau semacamnya, hanya ingin sedikit membuka mata bahwa negara kita butuh bangun dan mulai bekerja tanpa ketergantungan dengan negara lain.

Komentar

Postingan Populer