Catching Up with Haifa Inayah, founder Catch Me Up!

Haifa Inayah, Founder Catch Me Up

Terminologi ‘digital’ menjadi sangat seksi di telinga penggagas perusahaan rintisan dan investor. Potensi besar menarik lebih banyak mata di kanal yang bisa diakses dalam genggaman menjadi alasan utama bisnis media menjadi portfolio baru, bersaing ketat dengan media konvensional.


Lanskap Media Digital


Kendati demikian, CNBC melaporkan bahwa bisnis media digital belum tentu menjanjikan keuntungan besar. Pionir media digital di Amerika Serikat seperti Vice, Buzzfeed, dan Vox menjadi sorotan utama. Merk tersebut kesulitan mendatangkan pendapatan sesuai yang mereka janjikan kepada investor. 


Pada 2017, Buzzfeed diramalkan hanya akan mendapatkan 25% dari total target keuntungan sebesar $350 juta. Hal yang sama terjadi pada Vice, pemain terbesar di teritori media digital, yang hampir gagal meraup $800 juta. Alasannya? Bisnis model yang hanya bergantung pada iklan.


Menurut Wakil Direktur Media Development Investment Fund (MDIF), Mohamed Nanabhay, ada banyak potensi yang bisa digarap selain iklan, seperti memproduksi konten untuk dikonsumsi langsung oleh pengguna, menawarkan artikel berbayar (subscription), dan penggalangan dana atau crowdfund. Pilihan lainnya juga bisa menjajakan produk secara langsung tanpa melalui media iklan.


Catch Me Up dan Disrupsi Media Digital


Adalah satu media baru yang menawarkan jalur berita yang berbeda. Konsep utamanya adalah langganan berita harian melalui email newsletter yang dikirimkan setiap pukul enam pagi. Sebagai seorang yang malas membuka portal berita, saya sangat terbantu dengan ringkasan berita harian yang disajikan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Jika ingin membaca lebih lanjut, Catch Me Up memberikan pranala untuk ke sumber berita.




Saya memiliki impresi yang baik mengenai kanal ini. Walau disajikan dengan ringan, Catch Me Up tidak memberi opini tambahan sebagai bumbu dalam ringkasan beritanya. Ini yang saya namakan media yang bisa membuat pembacanya menikmati berita.


Tidak hanya beroperasi pada kanal email newsletter, Catch Me Up juga merintis keberadaannya di jagad media sosial. Platform media ini hadir di Twitter dengan nama @catchmeupid. Sampai April 2020, Catch Me Up memiliki 18.400 pengikut di Twitter. Pada masa pandemik, tim Catch Me Up membuat update berkala tentang perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia beserta analisis data ekstrapolasinya.


Dashboard update COVID-19 di Indonesia, diperbarui setiap hari.
Selengkapnya bisa lihat di link ini



Meet The Founder, Haifa Inayah


Penggagas Media Catch Me Up adalah Haifa Inayah. Dia adalah senior saya saat masih berkuliah di Program Studi Hubungan Internasional UIN Jakarta.


Saat saya beralih menjadi buruh iklan, Haifa melanjutkan studi di University of Massachusetts, Boston, mendalami Resolusi Konflik sebagai fokus studinya. Kembalinya ke Jakarta, dia berkarir di Asumsi sebagai managing editor dan Weber Shandwick sebagai senior associate


Beberapa waktu lalu, kami sempat ngobrol sembari minum kopi dan bertukar cerita. Saat itu dia mulai membicarakan mengenai visi dan semangatnya mengenai media. Saya tidak menyangka visinya hampir rampung dan kini memiliki audiens yang cukup besar. 


*****


Apa yang menginspirasi Haifa untuk menggagas platform media digital seperti Catch Me Up?


Sebenernya awalnya sangat sederhana sih. Sejak lulus S1, pekerjaanku erat berhubungan dengan media dan politik, dan setelah ada di bidang ini untuk beberapa lama, aku sadar bahwa salah satu hal yang bikin orang, khususnya millennial jadi nggak tertarik ngikutin berita adalah pembahasannya yang njelimet dan bahasanya yang menurutku bikin ngantuk. 


Akhirnya sering banget aku kalau lagi sama teman-teman update berita ke mereka, karena mereka mungkin nggak ada waktu buat baca, but they want to know what’s going on. Jadi aku retell the story ke mereka pake bahasa aku yang nyantai dan very conversational, dan mereka mau kok, genuinely ngikutin penjelasan aku. 


Di situ aku sadar bahwa masalah dalam mengonsumsi berita di tengah masyarakat Indonesia bukan di minat pembacanya, tapi simply banyak orang yang pengen dijelasin dalam cara penjelasan yang relatable buat mereka. Speak in their “own” language. Nah dari ide itulah catch me up! lahir.


Apakah ada partner yang bekerja sama dalam membangun rintisan media Catch Me Up?


Awalnya aku mulai Catch Me Up! Sendiri, setelah jalan sekitar dua bulan, aku merekrut seorang partner untuk mengembangkan Catch Me Up! Sekarang ada COO yang juga mantan Editor in Chief-nya Rappler, namanya Qowi, dan tiga orang di tim editorial.

Abdul Qowi, mantan editor in chief Rappler, juga bergabung dengan Catch Me Up.


Bagaimana perkembangan Catch Me Up hingga saat ini dalam konteks pertumbuhan audiens?


Untuk pertumbuhan, Alhamdulillah kami seneng banget sih ngeliat bahwa dengan skala Catch Me Up! Seperti sekarang, yang masih kecil dan benar-benar baru mulai, growth kami adalah 100-200 pelanggan baru per hari. Saat ini, subscribers catch me up sudah mencapai empat puluh ribu orang dengan open rate sekitar 45-50%. 


Siapa sasaran audiens utama untuk Catch Me Up? 


Pastinya sih para young and adult millennial yang juga digital native yang punya akses terus-terusan ke smartphone dan emailnya. Menurut kami, mereka inilah yang, misalnya, sibuk udah kerja di bank, atau agency, atau jadi dokter, dan mereka nggak ada waktu untuk ikuti berita yang mereka harus invest too much time on. Jadi mereka tinggal subscribe aja ke Catch Me Up! dan besok paginya pas mereka cek hape, semua berita yang mereka perlu tau udah ada di email. Itu idenya. 


Apakah ada insiatif untuk membuat masyarakat Indonesia meningkatkan literasi medianya melalui Catch Me Up?


Pastinya begitu. Aku sendiri mulai Catch Me Up! Dengan idealisme bahwa berita itu harusnya mudah dicerna, nggak banyak clickbait, nggak banyak ngeklik, dan nggak terus-terusan terdistraksi dengan iklan. Nah, di Catch Me Up!, jenis berita seperti itulah yang kami tawarkan kepada para pelanggan. Mereka bisa memahami satu isu tanpa harus bingung mau mulai dari mana karena misalnya penjelasannya terlalu njelimet


Tujuan akhir kami? Dapet feedback dari teman-teman yang subscribe dan bilang “eh, setelah gw baca Catch Me Up! Gue jadi ngerti loh, soal RUU KUHP! Atau Konflik Korsel-Korut!” or things like that. That’s the ultimate happiness for us.


Bagaimana rencana bisnis Catch Me Up untuk keberlangsungannya?


Saat ini, kami sedang dalam tahap eksplorasi kerjasama dengan banyak pihak untuk terus mengembangkan perusahaan. Sebagai media pertama di Indonesia yang berbasis email newsletter dan memiliki gaya editorial yang berbeda, kami yakin Catch Me Up! Punya cult followers dan subscribers yang bisa membantu kami terus mengembangkan perusahaan. 


Apakah akan ada rencana untuk membuat platform/portal berita sendiri untuk Catch Me Up? Jika ya, akankah memberi ruang bagi citizen journalism di dalamnya?


Tentunya! Untuk platform, kami juga sedang eksplorasi possibility kerjasama dengan banyak perusahaan penyedia IT untuk merambah ke jenis penyajian lain (jenisnya apa masih rahasia ya, hehe).


Untuk citizen journalism, kita setiap hari menerima tulisan kok! Kalau teman-teman mau mengirim, silakan kirim karya kamu ke writeup@catchmeup.id. Nanti kami bisa feature di daily newsletter kami. 


*****
Sumber Bacaan:


[1] Alex Sherman (2018). Putting the genie back in the bottle: How a new breed of media companies is convincing people to pay for news again, US: CNBC.
[2] Muchaman Nafi (2018). Model Bisnis Jadi Tantangan Berat Media, Jakarta: KataData.
[3] (Nugroho, et al., 2012) - Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. 2012. Mapping the landscape of the media industry in contemporary Indonesia. Report Series. Engaging Media, Empowering Society: Assessing media policy and governance in Indonesia through the lens of citizens’ rights. Research collaboration of Centre for Innovation Policy and Governance and HIVOS Regional Office Southeast Asia, funded by Ford Foundation. Jakarta: CIPG and HIVOS. (PDF)

Komentar

  1. Baru tau kalau Mbak Haifa pernah kerja di Asumsi. Saya salah satu pelanggan dan pembaca setia Catch Me Up! dan senang banget ngeliat kehadiran Catch Me Up! yang memberikan warna baru di dunia media digital sekarang ini. Ini adalah penemuan berharga hehe. Btw terima kasih juga buat yang bikin tulisan ini, jadi tau sedikit lebih banyak tentang orang di baliknya deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Let's hope for the best! Semoga Catch Me Up! bisa lebih besar di masa depan, ya. Anyway, terima kasih sudah mau mampir!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer